Dalam gelap, aku tak bisa melihat sebiru apa langit itu.
Aku terlalu nyaman dengan rahasia ini.
Aku menyelipkan perasaanku diantara keseharianku. Aku memilih sendiri. Menyepi.
... antrian panjang dari lorong pandangan merah untuk membentuk simpul setengah lingkaran ...
Taukah kau mengapa Tuhan menciptakan langit dan laut?
Semata agar kita tahu, dalam perbedaan ada batas yang membuat mereka tampak indah dipandang.
Kita memang berbeda. Aku tahu. Sama tahunya seperti dirimu. Warna yang mengalir di nadimu tak sewarna dengan yang mengalir di nadiku.
Namun, bukankah kita tak pernah bisa memilih dengan warna apa kita lahir?
Kita lahir, lalu menemukan tawa bersama. Menyatukan cerita bersama. Menjumputi mimpi bersama.
.......................................................
Lalu, apa kabarmu kini?
Mengangakah masih lukamu yang dulu? Atau, kini sudah terpilihkan bagimu akhir yang bahagia?
Maafkan aku, maafkan karena tak bisa selalu menjadi laut yang tetap menyimpan rahasiamu.