Monday, February 13, 2012

akulah minor dalam mayorku...

sendiri kurasa dalam nyata
sepi kekasihnya
merasa kecil dalam bentangan
minor kekasihnya
duduk diam dalam alam
mayor kekasihnya
akulah minor dalam mayorku
amati sampai menyatu
interaksi nyata dalam bersua semakin mencair
meleleh kurasa dalam aksiku
muncul lemparan siulnya begitu tajam
akulah minor dalam mayorku
tiba saat panah tajam tak bosan menusuk
berkali-kali tak hanya buat lubang
akulah minor dalam mayorku
mencari pintu berlabel simpul terkembang
anganku dalam labirin semu
lelahku sampai terdiam disudut lekukan
terbaring menutup dalam luapan rasa
akulah minor dalam mayorku

Thursday, February 9, 2012

goresan bersua...

Tergambar dalam lukisan nyata
Tepat koordinat pada si jelly kenyal
Tersampul dalam helaian manis bercorak kotak manis
Begitu terjaga sembunyikan tengadah satu dan lainnya
Hanya naggukan tanpa nada buatku kagum
Semakin bergulir dalam aksi si bulat terik
Semakin terlukis aksinya dalam nyata
Dari datar berputar dalam derajat sampai merona
Terlukis aksinya seperti buah manggis. Penasaran
Terkembangku saat aksinya ceria
Seperti kelinci pemakan sawi di sabana baru
Tetua kurasa dalam nyata bagai cerah dalam pekat
Semakin lincah si bulat terik bertengger sampai terlelap
Semakin pula aksinya kembangkan simpul setengah lingkaran
Semangatku tumpahkan aphabet dari lorong merah bersua
Sampai habis
Sampai antrian panjang dalam diksiku

Saturday, February 4, 2012

dia...

Kupernah merasakan ini sebelumnya, tapi tak seperti sekarang. Ini lain, sungguh begitu lain. Mungkin karena lebih jauh, diapun jauh.
Ini tak pernah kurasa sebelumnya, sakit iya, senang tentu, beragam. Sungguh. Banyak bagian waktuku terdiam diisi bersamanya, seolah sudah banyak topik dalam bersua. Begitu hangat rasanya. Baru pertama aku rasakan akan sosok tetua begitu nyata. Seperti seorang anak yang terjatuh lalu dibangunkan dan ditiuplah lukanya sampai terasa sejuk dan lukapun mengering, sembuhlah luka itu secara perlahan.
Ini adalah kali pertama aku curahkan apa yang aku rasakan begitu terang tentang seseorang. Sungguh sudah berulang kali kupikirkan namun aku tak tahu lagi harus bagaimana membendung rasa ini. Kagum, katakanlah kagum.
Aku begitu kagum pada sosoknya yang selalu meluruskanku, menegurku dikala aku khilaf tanpa ada rasa takut jika aku akan tersinggung. Jika aku memang salah pasti dia tegur. Disitulah letak kekagumanku. Jujur, memang saat pertama kali aku kenal dengannya ada sesuatu yang lain yang aku lihat darinya. Sosoknya begitu terlihat lain, begitu hangat, namun begitu banyak batasan. Sungguh aku kagum.
Kagumku padanya kuinginkan cukuplah kurasa saja tanpa harus dia tau. Itu inginku kini. Aku sudah begitu nyaman dengan keadaan sekarang. Dia yang selalu hangat dalam candanya, dia yang selalu bisa membuatku tersenyum disaat sedihku, dia yang selalu ingatkanku dalam kelalaianku, dia yang selalu ada disaat kubutuh arahan, dia yang selalu buatku berpikir positif, dia yang selalu terangkan gelapku dalam ketidaktahuan, dia yang selalu peka, dia, dia, dialah yang membuatku nyaman dengan keadaanku sekarang. Sosoknya begitu buatku merasakan banyak hal yang belum pernah kurasakan sebelumnya, sungguh, ini sungguh, bukan aku melebih-lebihkan. Dia itu sungguh sulit kugambarkan. Dan aku kagum.
Masih kuingat saat pertama aku mengenalnya, begitu terjaga. Dan hari-hari kulewati dengannya dengan terjaga. Kuingat saat kami saling bergurau, saat kami luapkan rasa, saat kami nikmati film, saat kami nyanyikan sebait lagu walaupun salah, saat kami saling bercerita, saat kami saling sharing, saat kami menjadi jail, semuanya tetap terjaga.
Jika aku diberi kesempatan untuk meminta, aku inignkan dia selalu mendapatkan perlindungan dariNYA dimanapun dan dalam keadaan apapun.