Tuesday, August 7, 2012

keadaan ini, tak kuharapkan, kak...


Kini dan hanya ini yang dapat temaniku disini, dua bilah benda tak hidup dan satu tampilan hijau “BLOGIKABIKA”
Tak ada lagi yang dapat kujadikan tempat untuk berbagi selain disini, kini dan hanya ini yang bisa temaniku, meskipun bisu dan hanya terpaku.
Sekarang aku lelah, akhirnya. Hanya ada getar lemah yang tersisa. Seterusnya adalah kata-kata tak juga berwujud sapa. Lelah ini kutahu akan hilang saat nanti aku mendengar renyah sapamu walaupun dalam ruang dan jarak yang menyekat tatap, telah cukup untuk menepikan lelahku.
Setelah lelah menghasut payah hari ini dan sebelumnya, apalagi yang kubutuhkan selain tempat untuk menyandarkan diri, sejenak saja. Kepadamu kah? Aku tak yakin karena kau enggan. Kelu jadinya hingga tak mampu karena ketakutan aku menyapamu. Ada resah dan rasa bersalah disini, maaf untuk semua gelisah yang kau rasakan.
Dan kini, di tempat ini aku sangat merindukan riuh gaduh bersamamu. Namun yang tersisa mungkin hanya rindu yang mengulum waras logika, jauh menghujam. Harapku tak usai terpogoh mengejar sebaris kata darimu, yang masih tersembunyi dibalik wajah, yang kutahu itu pelangi.
TUHAN, temaniku dalam gelisah ini.
Tak pernah ada kata sia-sia untuk sebuah doa. Setitik terang terpendar, di keesokan harinya, kuharap. Kupagut lagi canda dalam rona senyum yang menepikan lelahku.

:)


Kamu telah mengajarkanku bagaimana menari dalam hujan. Dalam hujan itu kutemukan tawa dan tangis mengeja bahagia bersamamu. Satu demi satu.

Monday, August 6, 2012

katanya, nyatanya...

Katanya kita tak harus selalu mengalah, dan aku mencoba.
Saat aku mencoba untuk menjadi egois dengan pendirianku, itu malah membuat aku merasa bersalah dan berlaku yang tak semestinya. Jadi apa yang sebenarnya harus kulakukan pada aku dan hidupku? Apakah aku harus tetap mengalah ataukah berdiri dalam egoku?
Katanya kita tak harus selalu mengalah, dan aku mencoba.
Saat aku mencoba untuk menjadi egois dengan pendirianku, itu malah membuat aku menjadi lain dan dianggap sangat lain. Aku menjadi bukan diriku yang biasanya. Aku membuat semua jadi berpikir lain tentangku, dan aku membuat diriku dalam posisi yang salah dimata yang lain.
Katanya kita tak harus selalu mengalah, dan aku mencoba.
Saat aku mencoba untuk menjadi egois dengan pendirianku, itu malah membuatku lelah dengan segala hal yang menjadi lain, membuatku dianggap membenci keadaan dan hidupku. Tanpa tau apa yang sebenarnya aku alami dan rasakan. Bukan tentang teman atau bahkan sahabat. Lebih dari itu. Dan tak ada yang tau, karena aku terlanjur ada dalam anggapan itu.
Katanya kita tak harus selalu mengalah, dan aku mencoba.
Saat aku mencoba untuk menjadi egois dengan pendirianku, itu malah menimbulkan anggapan negatif akibat semua kata yang terlontar dalam keterbalikan. Dan tak ada yang mengerti.
Aku inginkan semua tetap menjadi baik dalam konteksnya yang begitu sederhana, tanpa harus menjadi rumit. 

tersenyumlah, inginku...



Aku masih ingat saat aku diingatkan untuk dapat selalu tenang dan tak nampak dalam ketidak seimbangan, dalam masalah
Aku masih ingat saat aku diingatkan untuk selalu tersenyum walaupun hati dan perasaanku tidak
Aku masih ingat saat aku diingatkan untuk menjadi lebih sabar dan dewasa saat aku dalam masalah
Aku masih ingat saat aku diingatkan untuk melihat dari semua sisi kehidupan
Aku masih ingat saat aku diingatkan untuk selalu takdim pada siapapun yang aku hadapi
Aku masih ingat saat aku diingatkan bahwa yang mengalah dan meminta maaf terlebih dahulu adalah pemenang
Aku masih ingat saat aku diingatkan bahwa dalam masalah yang kita hadapi masih ada orang lain yang punya masalah yang lebih besar dari masalah yang sedang kita hadapi
Aku masih ingat saat aku diingatkan untuk belajar dari kesalahan yang sudah pernah aku lakukan sebelumnya
Aku masih ingat saat aku dikenalkan tentang perjalanan hidup yang bisa membuat seseorang menjadi dirinya yang sekarang, yang lebih kuat
Aku masih ingat dengan segala hal yang membuatku sangat bersyukur akan hidup yang aku jalani
Aku masih ingat saat aku ditegarkan, saat aku dibuat tersenyum dalam lukaku, saat aku dibuat melihat dikala gelap
Sungguh aku ingat semua itu karena engkau yang mengajariku, disini
Dan sekarang, ini aku yang ingin melihat senyum yang selalu terkembang dalam raut, dan itu sangat bisa, karena aku tak sekuat kau, namun kita saling, kita sama-sama belajar

dan aku menangis...




Tak selamanya, pedih itu berarti sakit. Kadang, tangis yang mengiring adalah bahagia yang tak kita sadari. Paling tidak, kita jadi mengerti apa sesungguhnya sakit ketika kita merasakan air mata mengalir. Inilah kebahagiaan sesungguhnya.

Betapa tidak ada makna hidup ketika kita tak pernah punya air mata. Tawa, mungkin, tak pernah terselami air sajatinya saat mata kita kering dari air mata. Menangis sejadi-jadinya adalah apa yang aku inginkan saat ini, detik ini.