Thursday, June 30, 2011

cukup!

MATI !
Sungguh ga bernyawa lampion yang aku genggam, gelap.
Mondar mandir cari penerangan cuma hujan yang aku hasilkan dari lelahnya pencarian, padahal mungkin hanya sebatang korek api saja aku riang, entah, sulit.
Suara itu membayangi sabana tempat aku tertegun dalam gelap, seperti reflex tanpa rencana, terus terekam dan semakin melekat.
Beringin yang sudah tua pun semakin bongkok seiring lampion yang ga kunjung hidup walau setitik cahaya yang dia minta.
Entah, gelap lakuku. Maksud lain tapi aku tidak seperti itu, sungguh besar perbedaannya.
Aku tahu, tapi aku juga merasa lebih, bahkan terpogoh sampai terbaring di bawah beringin tanpa titik cahaya dari pembuat simpul kandung yang semestinya.
Riang hilang, lamunan datang. Jangan! Tapi dibuat. Aneh jadinya aku jadi enggan melangkah.
Ssssst!
Ingat!
Akan selalu ada peri yang akan memelukku saat gelap dan membuat beringin terlahir kembali.
Ayolaah aku tau itu berat, tapi aku jauh lebih merasa berat kalau harus melihat tampilan seperti buah kecut tingkat provinsi bahkan sampai tingkat dunia pun aku rasa iya. Hem *mengernyitkandahi
Sudahlah cukup.
Cukup sudah.
Sunggguh aku lelah, sangat, nyata, tanpa celah.
Aku yakin pasti akan ada kios penerangan penjual korek api yang akan hidupkan lampion yang aku genggam.

Tuesday, June 21, 2011

tumpah!

Ini  entah, samar, gamang jadinya
Datar iya, seperti pelangi pun aku setuju, itulah, gamang, entah, sungguh
Aku, sendiri perlu kadang perlu sendiri, tapi ga pernah tepat, geram jadinya
Inign meraung tapi kurasa tidak, enggan saat terlintas pelangi, sungguh tumbuh perasa pada organ tak nampak  itu, mungkin itu sebab yang ada pada gamangku, gelap jadi terang, terang berlintas gelap, gelap terang, terang gelap, terus terang saja aku tak ingin
Ini tentu, sungguh, yakin, mantap. Semua tumpah dari lorong gelap dasar merah bagai kereta express kejar setoran kebelet tepi tempat hentinya, berat rasanya bila kantung penutup abstrak  di hadapku, makanya, beraksi saja kupikir, apa peduliku, hanya bertuju pada tenangnya sabana dan organ perasa tak nampak itu.
Mengerti tepat tidak juga, aku tidak sama sekali, kata pendamai berkata-kata cukup! Lelah tapi tetap ingin berenang, sunggguh sampai tepi benar-benar.
Banyak lakuku tapi tak laku, seret tanpa air, sakit terkadang tapi tak aku rasa itu, kebal, mungkin, sungguh. Lupa tapi ingat sungguh saat tergores setitik , perih, tapi tak pantas, tak tau lakuku, nyata.
Keluaran tak nampak, mungkin aku dapat, walau maya tapi sungguh semakin jelas simpul sampai setengah lingkaran, disiram air terindah dalam sejuknya kurasa, tenang sampai puncak yang kuharap.

Sunday, June 12, 2011

tema lain diluar buah merpati...


Dalam suatu dunia penuh dengan tambang pengikat aku beraksi bersama kelinci sejenis lainnya, tentu dalam dunia yang aku maksud. Entah berapa bulat terik aku beraksi, rumit.
Bulatan demi bulatan terus bergulir sampai akhirnya tiba di garis tepi yang disebut tepi dari bulatan di dunia yang aku maksud. Entah, seperti minum buih soda, ga kerasa! Tapi itulah rasanya, aku pikir nikmati saja. Sambil tertawa tapi sedikit miris dalam sabar.
Dalam suasana menikmati buih soda, terangkat simpul gelegar bergambar sumringah sampai membuat kering barisan putih penggiling pabrik energy. Haha aku tau, rupaya ada gambaran pembuat sumringah yang nyata, bahkan itu benar-benar nyata, ya, dapat kurasakan itu, kulandaskan sapaan akrab pun dapat kurasa bentuk itu, pasti.
Seperti apa, sulit, sungguh, hanya barisan putih itu yang bertengger tanpa selimut abadi, entah, tapi ya begitu. Selalu dan terus membuat aksi yang sama. Terlihat datar tapi nyatanya itu pembuat jeritan riang dari nebula yang lain, terlepas dari ingatan bungkusan bertuliskan untuk gulali bermerk legit. Terangkat entah berapa tingginya, habis alat ukurku untuk pastikan tingginya.
Semakin jauh dari suasana minum buih soda semakin terasa keringnya barisan putih yang kumaksud karena gambaran itu terus ada dihadapan wajahku yang  enggan dan tak aku izinkan untuk beranjak.
Ikatan?
Sepertinya tidak untuk kali ini. Aku hanya akan pajangkan simpul merona dalam tampilan hariku yang penuh dengan tema barisan putih yang kering dan semakin kering dari butir ke butir dalam rute perputarannya, tentu dalam pergantian warna seperti biasa. Seperti ini lebih dapat kunikmati sampai nanti yang entah tepatnya aku tak tahu pasti.