Ini entah, samar, gamang jadinya
Datar iya, seperti pelangi pun aku setuju, itulah, gamang, entah, sungguh
Aku, sendiri perlu kadang perlu sendiri, tapi ga pernah tepat, geram jadinya
Inign meraung tapi kurasa tidak, enggan saat terlintas pelangi, sungguh tumbuh perasa pada organ tak nampak itu, mungkin itu sebab yang ada pada gamangku, gelap jadi terang, terang berlintas gelap, gelap terang, terang gelap, terus terang saja aku tak ingin
Ini tentu, sungguh, yakin, mantap. Semua tumpah dari lorong gelap dasar merah bagai kereta express kejar setoran kebelet tepi tempat hentinya, berat rasanya bila kantung penutup abstrak di hadapku, makanya, beraksi saja kupikir, apa peduliku, hanya bertuju pada tenangnya sabana dan organ perasa tak nampak itu.
Mengerti tepat tidak juga, aku tidak sama sekali, kata pendamai berkata-kata cukup! Lelah tapi tetap ingin berenang, sunggguh sampai tepi benar-benar.
Banyak lakuku tapi tak laku, seret tanpa air, sakit terkadang tapi tak aku rasa itu, kebal, mungkin, sungguh. Lupa tapi ingat sungguh saat tergores setitik , perih, tapi tak pantas, tak tau lakuku, nyata.
Keluaran tak nampak, mungkin aku dapat, walau maya tapi sungguh semakin jelas simpul sampai setengah lingkaran, disiram air terindah dalam sejuknya kurasa, tenang sampai puncak yang kuharap.
No comments:
Post a Comment