Thursday, June 30, 2011

cukup!

MATI !
Sungguh ga bernyawa lampion yang aku genggam, gelap.
Mondar mandir cari penerangan cuma hujan yang aku hasilkan dari lelahnya pencarian, padahal mungkin hanya sebatang korek api saja aku riang, entah, sulit.
Suara itu membayangi sabana tempat aku tertegun dalam gelap, seperti reflex tanpa rencana, terus terekam dan semakin melekat.
Beringin yang sudah tua pun semakin bongkok seiring lampion yang ga kunjung hidup walau setitik cahaya yang dia minta.
Entah, gelap lakuku. Maksud lain tapi aku tidak seperti itu, sungguh besar perbedaannya.
Aku tahu, tapi aku juga merasa lebih, bahkan terpogoh sampai terbaring di bawah beringin tanpa titik cahaya dari pembuat simpul kandung yang semestinya.
Riang hilang, lamunan datang. Jangan! Tapi dibuat. Aneh jadinya aku jadi enggan melangkah.
Ssssst!
Ingat!
Akan selalu ada peri yang akan memelukku saat gelap dan membuat beringin terlahir kembali.
Ayolaah aku tau itu berat, tapi aku jauh lebih merasa berat kalau harus melihat tampilan seperti buah kecut tingkat provinsi bahkan sampai tingkat dunia pun aku rasa iya. Hem *mengernyitkandahi
Sudahlah cukup.
Cukup sudah.
Sunggguh aku lelah, sangat, nyata, tanpa celah.
Aku yakin pasti akan ada kios penerangan penjual korek api yang akan hidupkan lampion yang aku genggam.

No comments:

Post a Comment