Entah ini harus positif atau negative, gamang, ga seimbang.
Aku bebas, ga lepas. Diam, turut, nunduk, sunyi, ingin membuka, keras. Diam lagi dan mengunci diri.
Sekarang, dalam kotak hangat aku kedinginan,bagus memang tapi aku datar. Setiap pasir bergulir ingatkan aku akan bonsai tak berparasit juga peri celurit juga kelinci pemakan wortel di sabana sana, berubah simpul, sedikit, tak lama.
Aneh memang, aku dapat sayap tapi sayap itu tak cukup kuat untuk terbang, sedikit, terbang, jatuh, diam akhirnya merenung beribu tutur berjuta aksi. Ingin berdiri tapi tak cukup kuat tapi aku dikuatkan tapi tidak tapi besar tapi tetap lemah tapi aku coba, selalu.
Aku sedikit terangkat oleh sayap itu tapi dalam hitungan buku jari aku dijatuhkan oleh si pemberi sayap, aneh, mengkerut, berlipat, tapi aku mencoba rasional sedikit, susah tapi harus. Terus dan terus seperti itu, nanggung jadinya ke atas tidak, ke bawah apalagi. Menggantung.
Ga enak memang tapi ini jalan, harus kutempuh walau berat tapi akan menguatkan walau terkadang aku berpikir ini berduri dan menyiksa, tapi mungkin baik, mungkin, berpikir saja mungkin. Dan ah semoga saja bukan sekedar kata mungkin dalam tutur yang datar. Berharap saja terangnya segera datang setelah legam, sungguh bosan menunggu.
Oh ya aku heran kenapa ya setiap keyakinan ada saja sedikit gamang datang meski sekedar menyapa, padahal kan bagusnya ga perlu mampir tampilan seperti itu, aku enggan, kesal, sudah lelah, terabaikan. Bingung aksi apa yang harus aku tampilkan untuk dapat menyempurnakan sayap itu. Dan apakah mungkin sayap itu dapat kukepakkan lebar, tegas, kokoh. Semoga harapku, suatu saat yang tak perlu penantian panjang pergantian koordinat bulir pasir mikroskopis.
Berharap, selalu, pelangi dengan aksi gerak parabola lewati sabana beserta kotak hangat yang kurasa dingin karena sayap lentur menuju penunggu buah merpati dari flamingo yang berubah menjadi pelican beserta tetua sebagai penjajak dan tak lupa si legit yang sekedar tengok turun dari atas awan tinggalkan wahana super dan kerbau pendatang.
No comments:
Post a Comment