Friday, May 13, 2011

tetua, bungkusan, tak tanggung si legit...

Sepi saat aku berlari di sabana tempat biasa duduk membumi di bawah beringin tua bersama kelinci pemakan wortel. Lompat dan terus melompat ringan, hampir hampa, sambil sesekali tengok bungkusan yang terkubur manis bersama sedikit semilir dari tengokan siulan yang aku lontarkan pada tetua dulu
Beberapa kurun bulir bergulir pindah koordinat, ah aku putuskan untuk istirahat sejenak yang nyatanya habiskan beberapa bulatan terik dalam keseharian di sabana yang biasa. Aku berpindah pada kotak hangat yang dingin untuk kembali pada aksi yang selalu menjadi pengiring almanak yang tertempel disudut kotak hangat yang kubilang dingin. Yah mungkin sekitar keterangan sakit atau izin aku berada dalam kotak itu tuk beraksi bersama penderita aksi sebuah klinik yang selalu berhamburan seperti bola terpantul disertai gambar setengah lingkaran
Saat sedang asik, sampai lelah, aku ditepuk oleh penghuni sabana yang aku pikir pengejar hal yang sama. Haha tapi tidak aku hiraukan, aku lelah telah berpantulan, dan menggambar setengah lingkaran, makanya aku hanya rasakan saja apa yag ditepuk. Ih penghuni ini terus saja menepuk dan semakin menyentak, ya sudah, aku beranjak dari kotak menuju sabana tuk tengok tepukan penghuni itu
Lewati pintu masuk naik unicorn dengan kunci berupa sandi aku masuk dalam sabana tempat aku membumi bersama bungkusan dibawah beringin tua. Tampak kabut mulai menipis, mulai jelas, terlihat jelas, sampai kolom di sudut kanan dan kiri tampak jelas, yang tengah belum, ah lama
……………………………………………….
Diam, ya hanya diam melihat banyak penghuni sabana yang mampir mendekati berigin tua tempatku membumi, waw ternyata penghuni itu mampir hanya untuk melihat dan sekedar menyentuh bungkusan yang sudah terisi penuh oleh simpul. Ga tanggung tanggung, bukan tetua, bahkan si legit langsung turun dari awan sana tuk sekedar berikan simpul itu tanda buah merpati sudah ditengok dan digenggam. Penghuni ramai, aku sepi, datar, entah, mungkin kalau penambah energy dapat istilah tidak layak konsumsi, mungkin, tapi organ perasa yang tidak tampak itu bersiul simpul merona walau sedetik. Akhirnya peri berkata tenang, benar,  aku dapat buah dari peri celurit yang selalu lontarkan alphabet penenang dalam topangan dagu yang kosong.
Hah sekarang, sudah, dan harapku berlanjut tak hanya simpul, ingin, sungguh, sosok bersimpul dengan gambar setengah lingkaran mampir masuk menjadi bagian beringin tua tempatku membumi, tak hanya sebuah bungkusan yang ditoreh, sangat, masih dan selalu harapku
Mungkin nanti aku akan buat yang baru, tak hanya buah merpati, bahkan merpati nyata akan kulempar ke awan sana untuk ditangkap tentunya oleh gulali bermerk legit
Dan kembali simpul merona :)

No comments:

Post a Comment