Siang itu, terburu-buru aku mendatangi beliau seperti hari-hari
sebelumnya, seperti biasanya, sesuai jadwal yang telah aku janjikan.
B: Udah?
A: Udah, aku coba
buat ikhlas sih tapi…
B: Ikhlas itu nggak pakai tapi, sayang. Ikhlas
berarti kamu menerima segalanya dengan lapang hati kesalahan dalam bentuk
apapun yang sudah pernah terjadi. Biarkan hati kita seluas lautan. Ibarat
setitik tinta yang kalau kamu teteskan di segelas air dan bakal bikin airnya
hitam, beda dengan kalau kamu teteskan ke laut. Ngerti kan? Karena lautan itu
luas, dan seperti itulah harusnya hatimu ketika kamu bilang ikhlas.
A: Terus aku harus gimana? Aku belum bisa
ngelupain itu semua.
B: Bukan dilupakan, diikhlaskan… Kalau kamu
nggak bisa mengikhlaskan sebuah masalah itu, dia akan mendatangi kamu lagi
suatu saat nanti, entah esok, lusa, tahun depan, 5 tahun lagi, 10 tahun lagi,
bahkan mungkin sepanjang kamu hidup.
Ini chapter hidup kamu. Selesaikan chapter ini dan Sang Pembuat Kisah hidup kita akan memberikan chapter baru…
Ini chapter hidup kamu. Selesaikan chapter ini dan Sang Pembuat Kisah hidup kita akan memberikan chapter baru…
A: Tapi aku ngerasa kalau masalah ini tuh berat,
aku bingung harus mulai dari mana dulu…?
B: Masalah itu adalah jawaban. Jadi sebenarnya
apa yang udah terjadi sama kamu ini adalah jawaban, tapi jawaban itu karena
apa?
A: Pertanyaan…
B: Betul, kalau ini semua adalah jawaban, maka
pertanyaannya adalah kenapa kamu masih muda belia begini dikasih semua ini?
Berjalan terus, jangan berhenti dan menyerah pada keadaan ini. Ini kesempatan
kamu untuk mengungkap pesan itu. Bahwa, ada sebuah pesan yang ingin disampaikan
oleh Pemilik Alam ini supaya kamu terlibat dalam evolusi kosmikini. Supaya kamu
yang sudah mengalami berbagai hal ini bisa berbagi pada yang lain.
Ini tuh sekolah kehidupan kamu…
Ini tuh sekolah kehidupan kamu…
A: Sekolah kehidupan? Maksudnya?
B: Kalau kamu menghayati makna belajar yang
sesungguhnya bahwa sebenarnya setiap hari itu kita belajar, banyak hal yang
tidak diajarkan di sekolah formal tapi justru dalam kehidupan nyata. Memangnya
di kampus kamu diajarkan bagaimana menghadapi masalah seperti yang kamu hadapi
sekarang? Darimana kamu tahu cara merasakan ikhlas hati, kalau tidak bertemu
dengan masalah. Dan tahu pahitnya gagal, kalau tidak merasakan sendiri? Apakah
diajarkan bagaimana supaya kita jadi orang yang kuat tanpa kita dikasih ujian…?
Nggak cy ! Kalau kamu minta menjadi orang yang sabar, maka tidak serta merta
kamu diberikan orang-orang yang sabar di sekitar kamu. Biasanya malah kamu akan
dipertemukan dengan orang-orang yang akan menguji tingkat kesabaran kamu itu.
Semua itu didapatkan dari sekolah kehidupan ini, sayang….
Sekolah kehidupan memang nggak punya ijazah, nggak punya titel. Tapi, sekolah itu yang memberikan label pada kita, seperti apa kita ingin dikenal dalam hidup kita. Kamu, Ucy, ataupun Lucyana, seorang pribadi yang atraktif, Ucy yang mudah bergaul, Ucy yang ceria, sampai Ucy yang kadang jahil dan menyebalkan, dan titel-titel hidup lainnya yang nggak bisa kamu dapatkan dari sekolah biasa.
Sekolah kehidupan memang nggak punya ijazah, nggak punya titel. Tapi, sekolah itu yang memberikan label pada kita, seperti apa kita ingin dikenal dalam hidup kita. Kamu, Ucy, ataupun Lucyana, seorang pribadi yang atraktif, Ucy yang mudah bergaul, Ucy yang ceria, sampai Ucy yang kadang jahil dan menyebalkan, dan titel-titel hidup lainnya yang nggak bisa kamu dapatkan dari sekolah biasa.
*mengangguk-angguk*
A: Apa ada tingkatannya juga?
B: Jelas ada, hanya saja kita nggak pernah tahu
polanya. Apakah tiap caturwulan, semester, atau dasawarsa… itu rahasia Sang
Pemilik Sekolah itu sendiri. *sambil nunjuk ke atas*
A: Jadi, cara tahunya kita naik pangkat gimana?
B: Kamu tahu supaya naik tingkat kuliah?
A: Lulus ujian…
B: Cuma ujian?
A: Absen dan tugas-tugas… ujian cuma buat
memastikan bahwa kita bisa…
B: Persis! Sekolah kehidupan juga akan
memberikan nilai pada setiap ujian kehidupan yang diberikan. Apakah kamu layak
atau enggak dengan tingkatan hidup selanjutnya? Apakah kamu layak untuk
mendapatkan keinginanmu, impian-impianmu, kebahagiaanmu, dan banyak hal
lainnya… Ujian itu dimana pun akan selalu ada. Karena hanya dengan ujian, orang
bisa melakukan refleksi dan melihat sejauh mana dia sudah berhasil melangkah.
Itu idealnya. Hidup harus sesuai dengan aturan mainnya, cy…
A: Ada aturan mainnya?
B: Tentu, aturan mainnya sederhana… Tapi kalau
bisa melakukannya, semua ujian dijamin bisa dengan mudah dijalani.
A: Tapi apa aku bisa? Aku bahkan ragu pada
diriku sendiri. Mmmm… sulit nggak?
B: Kalau kamu bilang sulit maka ini akan jadi
sulit. Tapi kalau kamu bilang mudah, maka pikiran dan semua tubuhmu akan bilang
mudah dan dia akan bergerak mengikuti pikiran kamu yang mengatakan mudah.
A: Sebenarnya aku ingin putuskan saat ini juga
untuk mengubur semuanya. Aku nggak mau menyeret-nyeretnya terlalu lama. Berat.
Membuatku kesulitan untuk melompat lebih tinggi.
(setengah melamun) Ingin aku ikhlaskan dirimu, duhai masa laluku. Akan ku kubur engkau bersama kesedihan, keputusasaan, kekecewaan, dan semua yang membuat aku nestapa. Ah, tapi kenapa sulit ya…
(setengah melamun) Ingin aku ikhlaskan dirimu, duhai masa laluku. Akan ku kubur engkau bersama kesedihan, keputusasaan, kekecewaan, dan semua yang membuat aku nestapa. Ah, tapi kenapa sulit ya…
B: (tersenyum) Ada hal yang paling mudah untuk
diucapkan, tapi ketir untuk dijalani. Tapi kalau bisa melakukannya, yang satu
ini adalah penyumbang kesuksesan yang paling besar.
A: Apa?
B: (menepuk lembut dadaku dengan tangan
kanannya)
Ada di sini. Ikhlas. Ikhlas, sayang.
Ada di sini. Ikhlas. Ikhlas, sayang.
A: (termenung, hatiku seperti baru saja dihantam
sesuatu yang keras. Sudah sering aku mendengar kata itu, tapi, yang ini
berbeda, rasanya menyelusup ke dalam diriku)
Ummmmm… ikhlas itu bisa kita wujudkan seperti apa?
Ummmmm… ikhlas itu bisa kita wujudkan seperti apa?
B: Ikhlas itu adalah syukur bahwa apa yang kita
dapat hari ini adalah hal terbaik yang diberikan oleh Sang Pemilik Rezeki.
Bahwa, masalah yang kamu hadapi saat ini adalah rezeki terbaik bagi kamu.
Ingat, DIA tidak pernah salah memilihkan peran dan skenario hidup seseorang.
Aku tertegun, kalimat itu sederhana tapi itu membuatku
menunduk, aku malu. Ratusan kali aku ucapkan kata itu, ikhlas, tapi ternyata
hanya sebatas kerongkongan. Ikhlas yang aku keluarkan selalu diikuti dengan
kata tapi… “Aku ikhlas, tapi harusnya…”
Padahal aku selalu bilang pada mereka bahwa jangan sampai ada tapi. Ternyata aku pun masih saja tidak sesuai dengan apa yang aku katakan. Memang benar, kalau hanya ucapan saja sih mudah, aktualisasinya itu loh, sulit.
Padahal aku selalu bilang pada mereka bahwa jangan sampai ada tapi. Ternyata aku pun masih saja tidak sesuai dengan apa yang aku katakan. Memang benar, kalau hanya ucapan saja sih mudah, aktualisasinya itu loh, sulit.
B: Nggak usah terburu-buru, Cy, perlahan. Semua
ini proses, terapkan sedikit demi sedikit dalam hidup kamu. Nanti kamu akan
terbiasa. Bisa itu karena biasa kan? Saya yakin kamu adalah seorang pembelajar
yang cepat. Kita lihat… kalau kamu sudah mengerti aturan mainnya, kamu akan
melesat cepat. Mungkin kamu memang hadir dengan semua ini karena kamu punya
tugas khusus. Barangkali diutus jadi peri cahaya buat keluarga kamu layaknya
cahaya matahari.
Kamu akan menjadi sesuatu yang bisa membuat semua seperti yang selalu kamu impi-impikan, teruslah berusaha, dan iringi usahamu dengan doa.
Tersenyumlah…
Kamu akan menjadi sesuatu yang bisa membuat semua seperti yang selalu kamu impi-impikan, teruslah berusaha, dan iringi usahamu dengan doa.
Tersenyumlah…
No comments:
Post a Comment