Cuaca kali ini begitu dingin, diiringi gerombolan pasukan jarum penghantam penyebab dinign. Berisik, datar, beku jadinya. Sementara itu peri terus ingatkan tuk tetap jadi diriku, agar cairkan beku. Aku ikuti apapun kata peri. Terbersit dalam benak saat terlintas soundtrack yang dulu merajai organ tak nampak,memang benar kupikir. Tapi sudahlah biarkan dalam amazon meskipun banyak piranha menggerogoti organ tak nampak, nyatanya.
Seperti biasa di bawah beringin tua dalam sabana biasa harapku masih tentang sosok dalam secarik kertas lalu bergabung tuk jadi kelinci pemakan wortel, berlari riang. Dalam nyata kelinci yang berperan sebagai tetua dalam kotak hangat yang kurasa dingin. Entah akan ambil atau tidak, tengadah saja lakuku.
Terus mencari koordinat tepatnya dimana aku dapatkan lintas penghubung antara penghuni sabana dengan sosok dalam secarik kertas lalu. Mundur satu langkah, maju dua langkah, terakhir kata peri. Terkait, sedikitmenunduk, dan ingatkan.
Sosok itu sudah tau akan antrian panjang dalam bagiannya, entah apa aksi atas lakuku. Tentu hanya tengadah, semoga simpul merona terkembag dari lukisan penyambutan kelinci pemakan wortel sebagai penghuni baru.
No comments:
Post a Comment